Welcome To My Blog

Selasa, 01 November 2011

Asal-Usul Nama Minangkabau Menurut Pendapat Para Ahli



Iseng-iseng cari bahan buat artikel mading ,,,ehh bertemulah mata saya dengan artikel ini,,,dan muncullah hasrat diri tuk mempostingnya di blog ini .....moga aja bermanfaat yaa sobat.... :D

Buat yang pengen tau asal-usul nama Minagkabau,silahkan dibaca postingan saya ini.... :)










Pendapat tentang asal-usul nama Minangkabau sangat beragam. Ada yang 
berasal dari cerita rakyat, yaitu pendapat yang ber¬kembang dari mulut 
ke mulut. Ada pula asal-usul nama Minangkabau yang tertuang dalam Tambo 
Alam Minangkabau.
Karena masa terus berkembang, dilakukan pula penelitian oleh para ahli. 
Baik ahli sejarah, Ahli Sosiologi, Antropologi, dan lain-lain. Sehingga
dari penelitian ini terungkap pula sejumlah kata yang menjadi asal-usul
nama Minangkabau menurut pendapat para ahli tersebut. Sampai sekarang 
belum dapat dipastikan dengan jelas mana asal-usul na¬ma Minangkabau 
yang sebenarnya.



Namun demikian, dengan semakin meningkatnya kecerdasan manu¬sia, maka 
pendapat yang lebih banyak dipercayai orang adalah asal-usul nama 
Minangkabau menurut para ahli ini. Karena pendapat ini telah melewati 
proses penelitian yang juga diku¬atkan bukti-bukti dengan melewat proses
ka¬jian ilmiah yang didasarkan pada pendekatan yang bisa 
dipertanggungjawabkan sesuai dengan rujukan ilmu pengetahuan.

Berikut adalah beberapa asal nama Minangkabau menurut pendapat para para ahli tersebut :

DARI KATA MINANGA TAMWAN
Prof.Dr.Poerbacaraka mengatakan bahwa nama Minang¬ka¬bau berasal dari 
kata dalam bahasa Sangsekerta yaitu Minanga Tamwan. Kata-kata ini 
terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit.



Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti yang menceritakan tentang kisah 
perluasan wi¬layah Minanga Tamwan. Yaitu perlu¬as¬an wi¬la¬yah yang 
bermula dari kemenangan utusan Raja Minanga Tam¬wan yang dipimpin Datuk 
Cribijaya (Dt.Sibijayo, Panglima Perang Mi¬nanga Tamwan) melawan Bajak 
Laut yang banyak meresahkan masyarakat di sekitar Sungai Palembang 
(Sungai Musi) sekarang.



Dalam prasasti ini disebutkan antara lain, 

“Yang Dipertuan Hyang melepas duapuluh laksa
tentara dari Minanga Tamwan yang dipimpin 
Cribijaya (Dt.Sibijayo) melalui perja¬lanan suci,
dengan tujuan memperluas negara hingga 
men¬datangkan kemakmuran.” 



Semua ini dituangkan Prof.Dr.Poerba¬ca¬ra¬ka dalam bukunya Riwayat 
Indonesia I. Hanya saja di manakah letak daerah Minanga Tam¬wan itu, 
hingga saat ini masih men¬jadi perde¬batan. Menurut keterengan 
Prof.Dr.Poerbacaraka yang disebut Minanga Tamwan itu adalah daerah yang 
terletak di antara dua Sungai Besar yang bertemu.



Sebagian ahli ada yang menduga bahwa dua sungai besar itu adalah 
Kam¬¬par Kiri dan Kampar Kanan. Namun bila yang dimaksud adalah Sungai 
Kampar Kiri dan Kam¬par Kanan, maka ke¬mungkinan besar daerah terse¬but
ada di sekitar Muara Takus. 

Menurut hasil penelitian dan kajian penu¬lis sendiri bersama Masyarakat 



Sejarahawan Indonesia (MSI) Luhak Limopuluah (Yulfian Azrial,dkk-2003),
Mina¬nga Tamwan bisa saja bukanlah dimaksudkan seba¬gai per¬temuan 
antara dua sungai besar secara fisik. Karena pertemuan sungai secara 
fisik tentu lebih lazim dise¬but sebagai muara bukannya Minanga Tamwan.



Tetapi Minanga Tamwan justru bisa saja menunjuk¬kan suatu daerah atau 
kawasan yang menjadi tempat perte¬muan masyarakat dari dua sungai besar.
Hal ini karena jalan raya utama masyarakat kita pada zaman dahulu 
adalah sungai. 



Maka kalau kita lihat dari peta, dua sungai besar itu di ka¬wasan pulau 
Sumatera bagian tengah ini ha¬nya satu, yaitu daerah yang terdapat 
antara Hulu Sungai Kampar dengan Batang Sinamar (Kuantan/Indragiri). 
Kawasan ini berada antara Maek dan Mungka. Tepatnya yaitu di Bukit Batu 
Bulan di Nagari Talang Maua. 



Daerah ini juga bera¬da tepat tidak jauh dari garis Khatulistiwa. 
Kemudian kalau ditinjau dari asal usul katanya menurut Bahasa tamil, 
maka kata Talang itu berasal dari kata Ta yang berarti besar dan Lang 
adalah bandar. Jadi Talang artinya bandar besar.



Keberadaan Bukit Batu Bulan ini dapat di¬gambarkan sebagai berikut : 
Satu sisinya turun ke Batang Kampar di Maek, sedangkan sisi yang lain 
turun ke Batang Sinamar yang kehilirnya dike-nal juga sebagai Batang 
Kuan¬tan atau Sungai Indragiri. 



Di atas bukit ini terdapat beberapa situs yang merupakan bekas pusat 
perdagangan besar seperti Ranah Pokan Akad, Ranah Pokan Selasa, Ra¬nah 
Pokan Komih, Ronah Pokan Jumat, Ra-nah Pokan Sabtu,dll. 



Tempat ini jelas pernah mempertemukan pedagang yang naik dari dua sungai
besar, yaitu yang naik lewat Batang Kampar dan dan yang naik dari 
Batang Kuantan (Indragiri). Namun untuk memastikan hal ini ma¬sih 
diperlukan penelitian lebih lanjut.

DARI KATA PINANG KHABU
Prof.Van der Tuuk, seorang profesor kebangsaan Belanda mengatakan bahwa 
Minangkabau merupakan Pinang Khabu. Yaitu tanah pangkal, tanah asal 
atau tanah leluhur.. Pendapat ini dikuatkan pula oleh pernyataan Thomas 
Stanford Raffles, seorang ahli kebangsaan Inggris yang pernah menjabat 
Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia pada tahun 1811 hingga 1818. 



Pernyatan ini tertuang di dalam kete¬rangan¬nya setelah melakukan 
penjelajahan ke berbagai pelosok nagari dan hutan-hutan di wilayah 
Suma¬tera Tengah. Dalam sebuah catatannya Raffles menyatakan bahwa : 
“…. Di sini kita menemukan bekas-bekas suatu kerajaan besar 
(Minangkabau) yang namanya hampir-hampir tidak kita kenal sama sekali, 
tetapi sangat nyata merupakan tempat asal bangsa-bangsa Melayu yang 
bertebaran di Kepulauan Nusantara.”



Untuk memudahkan kita mengingat per¬ja¬lanan Raffles ini, nama bunga 
Raf¬lesia ada¬¬lah salah satu kenang-kenangan untuk meng¬abadikan 
penjelajahan alam yang dilakukan Raffles tersebut. Raflesia maksud¬nya 
yaitu na¬ma bagi sejenis bunga raksasa yang dite¬mukan oleh Raffles. Di 
Ranah Mi¬nang kita bia¬sa menyebutnya dengan Bungo Bangkai.



Pernyataan bahwa Minangkabau merupa¬kan tanah asal ini didukung pula 
oleh banyak data dan fakta. Apalagi semua suku bangsa Melayu menurut 
sejarah memang berasal dari Minangkabau. Seperti Melayu Riau, Jambi, 
Deli, Aceh, Palembang, Melayu Semenanjung, Kalimantan, dan Bugis. Bahkan
Suku Kubu, Sakai, Talang Mamak, Suku Anak Laut di Selat Malaka, dll, 
mengaku berasal dari Minangkabau. 



Bukti lain tentang hal ini misalnya seperti pengakuan yang terpahat 
menjadi prasasti di makam Seri Sultan Tajuddin di Brunai yang antara 
lain berbunyi sebagai berikut :



“Maka Seri Sultan Tajuddin memerintah¬kan kepada Tuan Haji Khatib 
Abdul Latif supaya me¬ne¬rangkan silsilah ini agar diketahui anak cucu, 
raja yang mempunyai tahta kerajaan di Negara Bru¬nai Darussalam 
turun-temurun yang meng¬ambil pusaka nobat negara dan genta alamat dari 
negeri Johor Kamalul Maqam, yang mengambil pusaka nobat negara dan 
alamat dari Minang¬kabau nagari Andalas…dst”.



Parasasti ini menggambarkan bahwa orang-orang Melayu yang berada di 
Semenanjung Malaysia sekarang juga berasal dari Minangkabau. Misalnya 
seperti yang di Johor, Selangor, Malaka, Pahang, dll. Bahkan sampai ke 
generasi yang paling akhir, yaitu yang kemudian menghuni Negeri IX. 
Menurut sejarah, umumnya mereka ini menyeberang Selat Malaka setelah 
melewati aliran Batang Rokan dan Batang Kampar. 

DARI KATA MENON COBOS
Menurut Prof.Dr.Muhamad Hussein Nainar, seorang guru besar di 
Universitas Madras. Menurutnya kata Minangkabau berasal dari kata Menon 
Cobos.



Menon Cobos artinya adalah tanah mulia atau tanah murni. Dianggap 
sebagai tanah mur¬ni atau tanah mulia karena daerah ini juga dianggap 
sebagai tempat asal para leluhur orang-orang Melayu.



DARI KATA BINANGA KANVAR
Menurut Prof.Sutan Muhammad Zain kata Minangkabau berasal dari Binanga 
Kanvar. Binanga Kanvar artinya adalah muara Sungai Kampar. Menurutnya di
Muara Sungai Kampar inilah bermulanya kera¬jaan Minangkabau.



Pendapat lain yang senada dengan Prof.Sutan Muhammad Zain adalah 
pernyataan seorang kebangsaan Cina yang bernama Chan Yu Kua. Pernyataan
ini ia tuliskan di dalam catatan perjalanannya. 



Di dalam catatan itu ia menerangkan bahwa sewaktu ia pernah datang ke 
Muara Kampar pada abad ke 13. Dijelaskannya bahwa di Muara Kampar itu 
didapatinya sebuah bandar dagang yang paling ramai di pusat Pulau 
Sumatera. Catatan ini mengingatkan kita pada catatan serupa dari 
pendahulunya, I-Tsing beberapa abad sebelumnya.



(Dikutip dari Buku Budaya Alam Minangkabau, Yulfian Azrial, Jilid 4)

0 komentar:

Posting Komentar

Random Post

 

Every Story Can Be A History | Designed by www.rindastemplates.com | Layout by Digi Scrap Kits | Author by Your Name :)