Iseng-iseng cari bahan buat artikel mading ,,,ehh bertemulah mata saya dengan artikel ini,,,dan muncullah hasrat diri tuk mempostingnya di blog ini .....moga aja bermanfaat yaa sobat.... :D
Buat yang pengen tau asal-usul nama Minagkabau,silahkan dibaca postingan saya ini.... :)
Pendapat tentang asal-usul nama Minangkabau sangat beragam. Ada yang
berasal dari cerita rakyat, yaitu pendapat yang ber¬kembang dari mulut
ke mulut. Ada pula asal-usul nama Minangkabau yang tertuang dalam Tambo
Alam Minangkabau.
Karena masa terus berkembang, dilakukan pula penelitian oleh para ahli.
Baik ahli sejarah, Ahli Sosiologi, Antropologi, dan lain-lain. Sehingga
dari penelitian ini terungkap pula sejumlah kata yang menjadi asal-usul
nama Minangkabau menurut pendapat para ahli tersebut. Sampai sekarang
belum dapat dipastikan dengan jelas mana asal-usul na¬ma Minangkabau
yang sebenarnya.
Namun demikian, dengan semakin meningkatnya kecerdasan manu¬sia, maka
pendapat yang lebih banyak dipercayai orang adalah asal-usul nama
Minangkabau menurut para ahli ini. Karena pendapat ini telah melewati
proses penelitian yang juga diku¬atkan bukti-bukti dengan melewat proses
ka¬jian ilmiah yang didasarkan pada pendekatan yang bisa
dipertanggungjawabkan sesuai dengan rujukan ilmu pengetahuan.
Berikut adalah beberapa asal nama Minangkabau menurut pendapat para para ahli tersebut :
ke mulut. Ada pula asal-usul nama Minangkabau yang tertuang dalam Tambo
Alam Minangkabau.
Karena masa terus berkembang, dilakukan pula penelitian oleh para ahli.
Baik ahli sejarah, Ahli Sosiologi, Antropologi, dan lain-lain. Sehingga
dari penelitian ini terungkap pula sejumlah kata yang menjadi asal-usul
nama Minangkabau menurut pendapat para ahli tersebut. Sampai sekarang
belum dapat dipastikan dengan jelas mana asal-usul na¬ma Minangkabau
yang sebenarnya.
Namun demikian, dengan semakin meningkatnya kecerdasan manu¬sia, maka
pendapat yang lebih banyak dipercayai orang adalah asal-usul nama
Minangkabau menurut para ahli ini. Karena pendapat ini telah melewati
proses penelitian yang juga diku¬atkan bukti-bukti dengan melewat proses
ka¬jian ilmiah yang didasarkan pada pendekatan yang bisa
dipertanggungjawabkan sesuai dengan rujukan ilmu pengetahuan.
Berikut adalah beberapa asal nama Minangkabau menurut pendapat para para ahli tersebut :
DARI KATA MINANGA TAMWAN
Prof.Dr.Poerbacaraka mengatakan bahwa nama Minang¬ka¬bau berasal dari
kata dalam bahasa Sangsekerta yaitu Minanga Tamwan. Kata-kata ini
terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti yang menceritakan tentang kisah
perluasan wi¬layah Minanga Tamwan. Yaitu perlu¬as¬an wi¬la¬yah yang
bermula dari kemenangan utusan Raja Minanga Tam¬wan yang dipimpin Datuk
Cribijaya (Dt.Sibijayo, Panglima Perang Mi¬nanga Tamwan) melawan Bajak
Laut yang banyak meresahkan masyarakat di sekitar Sungai Palembang
(Sungai Musi) sekarang.
Dalam prasasti ini disebutkan antara lain,
“Yang Dipertuan Hyang melepas duapuluh laksa
tentara dari Minanga Tamwan yang dipimpin
Cribijaya (Dt.Sibijayo) melalui perja¬lanan suci,
dengan tujuan memperluas negara hingga
men¬datangkan kemakmuran.”
Semua ini dituangkan Prof.Dr.Poerba¬ca¬ra¬ka dalam bukunya Riwayat
Indonesia I. Hanya saja di manakah letak daerah Minanga Tam¬wan itu,
hingga saat ini masih men¬jadi perde¬batan. Menurut keterengan
Prof.Dr.Poerbacaraka yang disebut Minanga Tamwan itu adalah daerah yang
terletak di antara dua Sungai Besar yang bertemu.
Sebagian ahli ada yang menduga bahwa dua sungai besar itu adalah
Kam¬¬par Kiri dan Kampar Kanan. Namun bila yang dimaksud adalah Sungai
Kampar Kiri dan Kam¬par Kanan, maka ke¬mungkinan besar daerah terse¬but
ada di sekitar Muara Takus.
Menurut hasil penelitian dan kajian penu¬lis sendiri bersama Masyarakat
Sejarahawan Indonesia (MSI) Luhak Limopuluah (Yulfian Azrial,dkk-2003),
Mina¬nga Tamwan bisa saja bukanlah dimaksudkan seba¬gai per¬temuan
antara dua sungai besar secara fisik. Karena pertemuan sungai secara
fisik tentu lebih lazim dise¬but sebagai muara bukannya Minanga Tamwan.
Tetapi Minanga Tamwan justru bisa saja menunjuk¬kan suatu daerah atau
kawasan yang menjadi tempat perte¬muan masyarakat dari dua sungai besar.
Hal ini karena jalan raya utama masyarakat kita pada zaman dahulu
adalah sungai.
Maka kalau kita lihat dari peta, dua sungai besar itu di ka¬wasan pulau
Sumatera bagian tengah ini ha¬nya satu, yaitu daerah yang terdapat
antara Hulu Sungai Kampar dengan Batang Sinamar (Kuantan/Indragiri).
Kawasan ini berada antara Maek dan Mungka. Tepatnya yaitu di Bukit Batu
Bulan di Nagari Talang Maua.
Daerah ini juga bera¬da tepat tidak jauh dari garis Khatulistiwa.
Kemudian kalau ditinjau dari asal usul katanya menurut Bahasa tamil,
maka kata Talang itu berasal dari kata Ta yang berarti besar dan Lang
adalah bandar. Jadi Talang artinya bandar besar.
Keberadaan Bukit Batu Bulan ini dapat di¬gambarkan sebagai berikut :
Satu sisinya turun ke Batang Kampar di Maek, sedangkan sisi yang lain
turun ke Batang Sinamar yang kehilirnya dike-nal juga sebagai Batang
Kuan¬tan atau Sungai Indragiri.
Di atas bukit ini terdapat beberapa situs yang merupakan bekas pusat
perdagangan besar seperti Ranah Pokan Akad, Ranah Pokan Selasa, Ra¬nah
Pokan Komih, Ronah Pokan Jumat, Ra-nah Pokan Sabtu,dll.
Tempat ini jelas pernah mempertemukan pedagang yang naik dari dua sungai
besar, yaitu yang naik lewat Batang Kampar dan dan yang naik dari
Batang Kuantan (Indragiri). Namun untuk memastikan hal ini ma¬sih
diperlukan penelitian lebih lanjut.
kata dalam bahasa Sangsekerta yaitu Minanga Tamwan. Kata-kata ini
terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti yang menceritakan tentang kisah
perluasan wi¬layah Minanga Tamwan. Yaitu perlu¬as¬an wi¬la¬yah yang
bermula dari kemenangan utusan Raja Minanga Tam¬wan yang dipimpin Datuk
Cribijaya (Dt.Sibijayo, Panglima Perang Mi¬nanga Tamwan) melawan Bajak
Laut yang banyak meresahkan masyarakat di sekitar Sungai Palembang
(Sungai Musi) sekarang.
Dalam prasasti ini disebutkan antara lain,
“Yang Dipertuan Hyang melepas duapuluh laksa
tentara dari Minanga Tamwan yang dipimpin
Cribijaya (Dt.Sibijayo) melalui perja¬lanan suci,
dengan tujuan memperluas negara hingga
men¬datangkan kemakmuran.”
Semua ini dituangkan Prof.Dr.Poerba¬ca¬ra¬ka dalam bukunya Riwayat
Indonesia I. Hanya saja di manakah letak daerah Minanga Tam¬wan itu,
hingga saat ini masih men¬jadi perde¬batan. Menurut keterengan
Prof.Dr.Poerbacaraka yang disebut Minanga Tamwan itu adalah daerah yang
terletak di antara dua Sungai Besar yang bertemu.
Sebagian ahli ada yang menduga bahwa dua sungai besar itu adalah
Kam¬¬par Kiri dan Kampar Kanan. Namun bila yang dimaksud adalah Sungai
Kampar Kiri dan Kam¬par Kanan, maka ke¬mungkinan besar daerah terse¬but
ada di sekitar Muara Takus.
Menurut hasil penelitian dan kajian penu¬lis sendiri bersama Masyarakat
Sejarahawan Indonesia (MSI) Luhak Limopuluah (Yulfian Azrial,dkk-2003),
Mina¬nga Tamwan bisa saja bukanlah dimaksudkan seba¬gai per¬temuan
antara dua sungai besar secara fisik. Karena pertemuan sungai secara
fisik tentu lebih lazim dise¬but sebagai muara bukannya Minanga Tamwan.
Tetapi Minanga Tamwan justru bisa saja menunjuk¬kan suatu daerah atau
kawasan yang menjadi tempat perte¬muan masyarakat dari dua sungai besar.
Hal ini karena jalan raya utama masyarakat kita pada zaman dahulu
adalah sungai.
Maka kalau kita lihat dari peta, dua sungai besar itu di ka¬wasan pulau
Sumatera bagian tengah ini ha¬nya satu, yaitu daerah yang terdapat
antara Hulu Sungai Kampar dengan Batang Sinamar (Kuantan/Indragiri).
Kawasan ini berada antara Maek dan Mungka. Tepatnya yaitu di Bukit Batu
Bulan di Nagari Talang Maua.
Daerah ini juga bera¬da tepat tidak jauh dari garis Khatulistiwa.
Kemudian kalau ditinjau dari asal usul katanya menurut Bahasa tamil,
maka kata Talang itu berasal dari kata Ta yang berarti besar dan Lang
adalah bandar. Jadi Talang artinya bandar besar.
Keberadaan Bukit Batu Bulan ini dapat di¬gambarkan sebagai berikut :
Satu sisinya turun ke Batang Kampar di Maek, sedangkan sisi yang lain
turun ke Batang Sinamar yang kehilirnya dike-nal juga sebagai Batang
Kuan¬tan atau Sungai Indragiri.
Di atas bukit ini terdapat beberapa situs yang merupakan bekas pusat
perdagangan besar seperti Ranah Pokan Akad, Ranah Pokan Selasa, Ra¬nah
Pokan Komih, Ronah Pokan Jumat, Ra-nah Pokan Sabtu,dll.
Tempat ini jelas pernah mempertemukan pedagang yang naik dari dua sungai
besar, yaitu yang naik lewat Batang Kampar dan dan yang naik dari
Batang Kuantan (Indragiri). Namun untuk memastikan hal ini ma¬sih
diperlukan penelitian lebih lanjut.
DARI KATA PINANG KHABU
Prof.Van der Tuuk, seorang profesor kebangsaan Belanda mengatakan bahwa
Minangkabau merupakan Pinang Khabu. Yaitu tanah pangkal, tanah asal
atau tanah leluhur.. Pendapat ini dikuatkan pula oleh pernyataan Thomas
Stanford Raffles, seorang ahli kebangsaan Inggris yang pernah menjabat
Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia pada tahun 1811 hingga 1818.
Pernyatan ini tertuang di dalam kete¬rangan¬nya setelah melakukan
penjelajahan ke berbagai pelosok nagari dan hutan-hutan di wilayah
Suma¬tera Tengah. Dalam sebuah catatannya Raffles menyatakan bahwa :
“…. Di sini kita menemukan bekas-bekas suatu kerajaan besar
(Minangkabau) yang namanya hampir-hampir tidak kita kenal sama sekali,
tetapi sangat nyata merupakan tempat asal bangsa-bangsa Melayu yang
bertebaran di Kepulauan Nusantara.”
Untuk memudahkan kita mengingat per¬ja¬lanan Raffles ini, nama bunga
Raf¬lesia ada¬¬lah salah satu kenang-kenangan untuk meng¬abadikan
penjelajahan alam yang dilakukan Raffles tersebut. Raflesia maksud¬nya
yaitu na¬ma bagi sejenis bunga raksasa yang dite¬mukan oleh Raffles. Di
Ranah Mi¬nang kita bia¬sa menyebutnya dengan Bungo Bangkai.
Pernyataan bahwa Minangkabau merupa¬kan tanah asal ini didukung pula
oleh banyak data dan fakta. Apalagi semua suku bangsa Melayu menurut
sejarah memang berasal dari Minangkabau. Seperti Melayu Riau, Jambi,
Deli, Aceh, Palembang, Melayu Semenanjung, Kalimantan, dan Bugis. Bahkan
Suku Kubu, Sakai, Talang Mamak, Suku Anak Laut di Selat Malaka, dll,
mengaku berasal dari Minangkabau.
Bukti lain tentang hal ini misalnya seperti pengakuan yang terpahat
menjadi prasasti di makam Seri Sultan Tajuddin di Brunai yang antara
lain berbunyi sebagai berikut :
“Maka Seri Sultan Tajuddin memerintah¬kan kepada Tuan Haji Khatib
Abdul Latif supaya me¬ne¬rangkan silsilah ini agar diketahui anak cucu,
raja yang mempunyai tahta kerajaan di Negara Bru¬nai Darussalam
turun-temurun yang meng¬ambil pusaka nobat negara dan genta alamat dari
negeri Johor Kamalul Maqam, yang mengambil pusaka nobat negara dan
alamat dari Minang¬kabau nagari Andalas…dst”.
Parasasti ini menggambarkan bahwa orang-orang Melayu yang berada di
Semenanjung Malaysia sekarang juga berasal dari Minangkabau. Misalnya
seperti yang di Johor, Selangor, Malaka, Pahang, dll. Bahkan sampai ke
generasi yang paling akhir, yaitu yang kemudian menghuni Negeri IX.
Menurut sejarah, umumnya mereka ini menyeberang Selat Malaka setelah
melewati aliran Batang Rokan dan Batang Kampar.
atau tanah leluhur.. Pendapat ini dikuatkan pula oleh pernyataan Thomas
Stanford Raffles, seorang ahli kebangsaan Inggris yang pernah menjabat
Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia pada tahun 1811 hingga 1818.
Pernyatan ini tertuang di dalam kete¬rangan¬nya setelah melakukan
penjelajahan ke berbagai pelosok nagari dan hutan-hutan di wilayah
Suma¬tera Tengah. Dalam sebuah catatannya Raffles menyatakan bahwa :
“…. Di sini kita menemukan bekas-bekas suatu kerajaan besar
(Minangkabau) yang namanya hampir-hampir tidak kita kenal sama sekali,
tetapi sangat nyata merupakan tempat asal bangsa-bangsa Melayu yang
bertebaran di Kepulauan Nusantara.”
Untuk memudahkan kita mengingat per¬ja¬lanan Raffles ini, nama bunga
Raf¬lesia ada¬¬lah salah satu kenang-kenangan untuk meng¬abadikan
penjelajahan alam yang dilakukan Raffles tersebut. Raflesia maksud¬nya
yaitu na¬ma bagi sejenis bunga raksasa yang dite¬mukan oleh Raffles. Di
Ranah Mi¬nang kita bia¬sa menyebutnya dengan Bungo Bangkai.
Pernyataan bahwa Minangkabau merupa¬kan tanah asal ini didukung pula
oleh banyak data dan fakta. Apalagi semua suku bangsa Melayu menurut
sejarah memang berasal dari Minangkabau. Seperti Melayu Riau, Jambi,
Deli, Aceh, Palembang, Melayu Semenanjung, Kalimantan, dan Bugis. Bahkan
Suku Kubu, Sakai, Talang Mamak, Suku Anak Laut di Selat Malaka, dll,
mengaku berasal dari Minangkabau.
Bukti lain tentang hal ini misalnya seperti pengakuan yang terpahat
menjadi prasasti di makam Seri Sultan Tajuddin di Brunai yang antara
lain berbunyi sebagai berikut :
“Maka Seri Sultan Tajuddin memerintah¬kan kepada Tuan Haji Khatib
Abdul Latif supaya me¬ne¬rangkan silsilah ini agar diketahui anak cucu,
raja yang mempunyai tahta kerajaan di Negara Bru¬nai Darussalam
turun-temurun yang meng¬ambil pusaka nobat negara dan genta alamat dari
negeri Johor Kamalul Maqam, yang mengambil pusaka nobat negara dan
alamat dari Minang¬kabau nagari Andalas…dst”.
Parasasti ini menggambarkan bahwa orang-orang Melayu yang berada di
Semenanjung Malaysia sekarang juga berasal dari Minangkabau. Misalnya
seperti yang di Johor, Selangor, Malaka, Pahang, dll. Bahkan sampai ke
generasi yang paling akhir, yaitu yang kemudian menghuni Negeri IX.
Menurut sejarah, umumnya mereka ini menyeberang Selat Malaka setelah
melewati aliran Batang Rokan dan Batang Kampar.
DARI KATA MENON COBOS
Menurut Prof.Dr.Muhamad Hussein Nainar, seorang guru besar di
Universitas Madras. Menurutnya kata Minangkabau berasal dari kata Menon
Cobos.
Menon Cobos artinya adalah tanah mulia atau tanah murni. Dianggap
sebagai tanah mur¬ni atau tanah mulia karena daerah ini juga dianggap
sebagai tempat asal para leluhur orang-orang Melayu.
DARI KATA BINANGA KANVAR
Menurut Prof.Sutan Muhammad Zain kata Minangkabau berasal dari Binanga
Kanvar. Binanga Kanvar artinya adalah muara Sungai Kampar. Menurutnya di
Muara Sungai Kampar inilah bermulanya kera¬jaan Minangkabau.
Pendapat lain yang senada dengan Prof.Sutan Muhammad Zain adalah
pernyataan seorang kebangsaan Cina yang bernama Chan Yu Kua. Pernyataan
ini ia tuliskan di dalam catatan perjalanannya.
Di dalam catatan itu ia menerangkan bahwa sewaktu ia pernah datang ke
Muara Kampar pada abad ke 13. Dijelaskannya bahwa di Muara Kampar itu
didapatinya sebuah bandar dagang yang paling ramai di pusat Pulau
Sumatera. Catatan ini mengingatkan kita pada catatan serupa dari
pendahulunya, I-Tsing beberapa abad sebelumnya.
(Dikutip dari Buku Budaya Alam Minangkabau, Yulfian Azrial, Jilid 4)
Menurut Prof.Dr.Muhamad Hussein Nainar, seorang guru besar di
Universitas Madras. Menurutnya kata Minangkabau berasal dari kata Menon
Cobos.
Menon Cobos artinya adalah tanah mulia atau tanah murni. Dianggap
sebagai tanah mur¬ni atau tanah mulia karena daerah ini juga dianggap
sebagai tempat asal para leluhur orang-orang Melayu.
DARI KATA BINANGA KANVAR
Menurut Prof.Sutan Muhammad Zain kata Minangkabau berasal dari Binanga
Kanvar. Binanga Kanvar artinya adalah muara Sungai Kampar. Menurutnya di
Muara Sungai Kampar inilah bermulanya kera¬jaan Minangkabau.
Pendapat lain yang senada dengan Prof.Sutan Muhammad Zain adalah
pernyataan seorang kebangsaan Cina yang bernama Chan Yu Kua. Pernyataan
ini ia tuliskan di dalam catatan perjalanannya.
Di dalam catatan itu ia menerangkan bahwa sewaktu ia pernah datang ke
Muara Kampar pada abad ke 13. Dijelaskannya bahwa di Muara Kampar itu
didapatinya sebuah bandar dagang yang paling ramai di pusat Pulau
Sumatera. Catatan ini mengingatkan kita pada catatan serupa dari
pendahulunya, I-Tsing beberapa abad sebelumnya.
(Dikutip dari Buku Budaya Alam Minangkabau, Yulfian Azrial, Jilid 4)
0 komentar:
Posting Komentar